Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan akan mempercepat pengolahan bauksit, mengingat perkembangan nilai tambah ekonomi di sektor ini tidak secepat di sektor nikel.
“Saya yakin nikel rendah lebih cepat dibandingkan bauksit,” kata Menteri Bahlil di Jakarta, Jumat.
Bahlil mengatakan, pihaknya berupaya mempercepat arus di sektor bauksit dengan memperkuat dukungan yang tengah direncanakan.
“Kita sedang mempercepat langkahnya, mungkin salah satunya adalah aliran pendanaan. Makanya kita masih mempersiapkannya,” ujarnya.
Pihaknya juga akan mengajak para pelaku industri untuk ikut serta dalam proses pengolahan atau pengolahan bauksit (smelter) guna mempercepat pengurangan tersebut.
“Kemudian saya akan ajak teman-teman pelaku bisnis bauksit untuk mempercepatnya,” ujarnya.
Menurut situs Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA), PT Superintending Company of Indonesia, atau Sucofindo, perusahaan inspeksi Indonesia, menyebutkan setidaknya 4 dari 12 tambang bauksit di Indonesia aktif.
Pabrik bauksit yang beroperasi di Indonesia adalah PT Indonesia Yumu Alumina (ICA), PT Harvest Well Alumina Plant, PT Harvest Well Alumina Plant (ekspansi) dan PT Bintan Alumina Indonesia.
Sedangkan untuk pedagang nikel pada tahun 2023. Kementerian Energi dan Mineral menyebutkan jumlah operasi penambangan mencapai 116 unit.
Kajian USGS dan Survei Geologi Kementerian ESDM menemukan nikel Indonesia terbesar kedua di dunia, sedangkan bauksit terbesar keempat.
Pada tahun 2023 Sumber daya nikel Indonesia dalam bentuk mineral sebanyak 18.550.358.128 ton (18,5 miliar) dan 5.325.790.841 ton (5,3 miliar).
Sedangkan untuk bauksit, total cadangan bijihnya sebanyak 7.475.842.602 ton (7,4 miliar), dengan total cadangan bijih sebanyak 2.777.981.035 ton (2,7 miliar).
Leave a Reply