Jakarta (ANTARA) – Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta (KPU) memperkirakan partisipasi pemilih pada Pilka 2024 lebih rendah dibandingkan pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) dan pemilihan parlemen pada 2024. (tumpukan).
“Pantauan kami, arus pemilih di TPS (Tempat Pemungutan Suara) sedikit lemah. Namun, kami belum mengetahui angka pasti tingkat partisipasinya. Tapi untuk pilkada biasanya lebih rendah dibandingkan pemilu presiden,” katanya.
Wahyu mengatakan, KPU menemukan hal serupa di beberapa provinsi lain yang tingkat partisipasi pemilihnya kurang baik.
Menurut dia, evaluasi tersebut akan mengetahui penyebab rendahnya partisipasi pemilih. DKI bisa timbul karena tidak diterimanya program sosialisasi KPU oleh masyarakat atau karena keadaan tertentu. Evaluasi juga dilakukan untuk perbaikan ke depan.
Sementara itu, Kepala Bidang Sosialisasi dan Humas Pendidikan Pemilih KPU DKI Jakarta, Astri Megatari, mengumumkan hasil pemantauan sementara, derajat partisipasi pemilih dalam pembagian hak pilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 2024. Pilkada, Presiden dan 2024 – lebih rendah dibandingkan pada pemilu parlemen tahun 2014.
Menurut dia, KPU DKI berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan sosialisasi, edukasi kepada pemilih, dan memberikan informasi kepada masyarakat luas.
“Kami melakukan berbagai metode. Kami menjangkau komunitas, organisasi lokal, kemudian sekolah dan kampus bagi pemilih pemula dan pemuda di lebih dari 100 lokasi.”
Astri mengatakan sosialisasi dilakukan di tingkat kabupaten melalui berbagai bentuk sosialisasi seperti forum komunitas (diselenggarakan oleh kecamatan), acara olah raga, stand hingga acara Vehicle Free Day (VHFD).
“Nongkrong di tempat ramai seperti pasar, mall atau lainnya. Ini yang dilakukan teman-teman kabupaten/kota di seluruh kabupaten/kota.”
Di sisi lain, informasi terkait pemilu sudah bocor sejak awal.
Ia kemudian membahas mengenai sasaran angka partisipasi yang tidak ditetapkan secara jelas oleh KPU DKI. Meski demikian, Astri kembali menegaskan pihaknya berupaya semaksimal mungkin untuk memfasilitasi pemilih dan menggunakan hak pilihnya di TPS.
Sedangkan menurut data KPU DKI, partisipasi pemilih di DKI Jakarta sekitar 58,3 persen pada pemilu parlemen tahun 2009, meningkat menjadi 66,5 persen pada pemilu parlemen tahun 2014, dan kembali meningkat menjadi 79 persen pada pemilu tahun 2019 lalu.
Leave a Reply