London (ANTARA) – Demonstran pro-Palestina melakukan protes pada Kamis (28/11) di depan kantor Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan di London, menyerukan penghentian segera ekspor senjata.
Sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, sekelompok pengunjuk rasa berkumpul di depan Kantor Luar Negeri Inggris sambil membawa bendera Palestina, memblokir pintu dan meneriakkan tuntutan agar pemerintah berhenti mengirim senjata ke Israel.
Dalam demonstrasi yang dijaga polisi, pengunjuk rasa meminta pemerintah Inggris untuk tidak campur tangan dalam genosida di Jalur Gaza.
Selain Kementerian Luar Negeri, kelompok pro-Palestina lainnya melakukan hal yang sama di depan Kantor Perdagangan dan Industri Inggris untuk memprotes ekspor senjata ke Israel.
Setidaknya dua orang ditangkap ketika sekelompok pengunjuk rasa memulai protes ini.
Salah satu pengunjuk rasa, Micha Anadolu, menuduh pemerintah membantu pelanggaran internasional di Jalur Gaza.
“Kami bilang, ‘cukup’, itu sudah cukup,” katanya, seraya menambahkan, “kami ingin mencegah seni menyimpulkan.” Ini bukan urusan seperti biasanya.”
Sementara itu, Dan, seorang pengunjuk rasa Yahudi, menyatakan bahwa genosida tersebut melanggengkan nama leluhurnya.
Mengatakan bahwa seorang anak terbunuh di Gaza setiap 10 detik, ia menyerukan agar semua senjata di kapal dan pesawat dihentikan.
“Sebagai seorang Yahudi dan anak penyintas Holocaust, saya berpandangan tidak akan pernah lagi, tidak akan pernah lagi,” tambahnya.
Pada tanggal 15 September, pemerintah Inggris mengumumkan penangguhan 30 dari 350 izin ekspor senjata ke Israel setelah dilakukan penyelidikan.
Pemerintah telah memperingatkan bahwa terdapat risiko yang jelas bahwa sejumlah ekspor senjata dari Inggris ke Israel dapat digunakan secara serius dan melanggar hukum internasional.
Lisensi yang ditangguhkan mencakup 30 peralatan untuk pesawat militer, helikopter, drone, dan sistem pendukung berbasis darat, namun tidak termasuk peralatan Inggris dalam program pesawat tempur F-35.
Israel melancarkan perang di Jalur Gaza pada Oktober 2023. Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 44.300 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.000 orang.
Untuk tahun kedua, pembunuhan di Gaza telah menyebabkan lebih banyak protes internasional, para pemimpin dan banyak lembaga menyerukan serangan terhadap Israel dan tidak menghancurkan sumber daya yang direncanakan untuk rakyat.
Selain itu, Israel telah mengajukan beberapa pelanggaran genosida ke Mahkamah Internasional atas perang mematikan di Gaza.
Sumber: Anatolia
Leave a Reply