Gaza (ANTARA) – Rumah Sakit Al-Awda di Gaza utara memperingatkan bahwa pihaknya sedang berjuang untuk merawat puluhan orang yang terluka akibat kekurangan pasokan medis dan lebih dari sebulan serangan di wilayah Israel.
Direktur Rumah Sakit Al-Awda, Mohammad Saleha, mengatakan kepada Anadolu pada Rabu (6 November) malam bahwa rumah sakit tersebut mengalami kekurangan obat-obatan dan pasokan medis selama lebih dari tiga bulan, yang diperparah dengan gangguan pasokan bahan bakar yang menghambat operasional. sebulan di rumah sakit.
Pada Rabu pagi, lanjutnya, generator kecil rumah sakit yang sudah beberapa lama beroperasi mengalami kerusakan akibat kekurangan bahan bakar.
“Kami terpaksa menggunakan generator utama yang mengkonsumsi lebih banyak bahan bakar, namun empat operasi harus dilakukan pada pasien yang terluka parah,” kata Saleha.
Dia menambahkan bahwa rumah sakit telah menerima beberapa jenazah dan puluhan orang terluka sejak pagi, termasuk kasus kritis, ketika ambulans dihentikan di daerah tersebut.
Dia mengatakan pengurangan jumlah ambulans disebabkan oleh serangan yang ditargetkan oleh pasukan Israel terhadap semua kendaraan darurat, termasuk milik Rumah Sakit Al-Awda, Rumah Sakit Kamal Adwan dan unit pertahanan sipil.
“Penargetan yang disengaja terhadap ambulans dan tenaga medis ini telah memaksa warga untuk membawa korban luka ke rumah sakit dengan berjalan kaki, bahu atau dengan ambulans, sehingga membahayakan nyawa karena tertundanya perawatan medis,” tambahnya.
Terkait operasi medis dalam kondisi saat ini, Saleha menjelaskan, satu-satunya dokter bedah di Gaza utara ini telah melakukan dua kali operasi sejak pagi dan terus menangani kasus kritis lainnya.
Dia meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk segera memfasilitasi pengiriman bahan bakar, obat-obatan, pasokan medis dan makanan kepada pasien dan staf, karena dukungan tersebut sangat penting untuk mempertahankan layanan di Gaza utara di tengah perang genosida.
Tentara Israel terus melakukan 5 serangan mematikan di Gaza utara sejak Oktober dengan dalih mencegah Hamas berkumpul kembali di tengah blokade yang sangat ketat di wilayah tersebut.
Namun, Palestina menuduh Israel berusaha menduduki wilayah tersebut dan memaksa warganya untuk pergi.
Sejak itu, tentara Israel tidak mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut, termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar, sehingga menyebabkan sebagian besar penduduk berisiko kelaparan. Menurut pejabat kesehatan Palestina, lebih dari 1.800 orang telah meninggal sejak saat itu.
Sumber: Anadolu
Leave a Reply