Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) menyebut dinamika pemilihan presiden (Pilpres) dan wakil presiden Amerika Serikat (AS) menekan nilai tukar rupee.
“Jika kita melihat perkembangan pemilu di Amerika Serikat saat ini, kalkulasi awal Trump unggul. Direktur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Gabungan Komisi Eropa mengatakan, “Kita lihat saja,” ujarnya.
Perry mengatakan, dinamika Pilpres AS menyebabkan penguatan dolar AS berdampak pada semua negara, termasuk emerging market seperti Indonesia. Dinamika ini memberikan tekanan tidak hanya pada nilai tukar tetapi juga pada kredit.
Dinamika ini akan berdampak pada semua negara khususnya emerging market termasuk Indonesia yaitu tekanan terhadap nilai tukar, kedua aliran modal, dan ketiga dampaknya karena adanya ketidakpastian di pasar saham, jadi berhati-hatilah. mulai sekarang,” katanya.
Menyikapi kondisi tersebut, Bank Indonesia tetap berkomitmen dan berupaya menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan menjalin kerja sama yang erat dengan pemerintah dan Komite Pengelolaan Keuangan (KSSK).
Pada penutupan perdagangan Rabu, rupiah melemah 84 poin atau 0,53 persen menjadi Rp 15.833 per dolar AS dibandingkan Rp 15.749 per dolar AS sebelumnya.
Perry mengatakan, dinamika pemilu presiden AS, serta keyakinan terhadap penurunan suku bunga AS, masih dibayangi oleh ketegangan geopolitik global, termasuk konflik di kawasan Timur Tengah.
BI memperkirakan Fed Funds Rate (FFR) akan turun menjadi 4,5 persen pada tahun 2024 dan 3,5 persen pada tahun 2025.
“Pertanyaan mengenai kepercayaan terhadap penurunan suku bunga jelas terbebani oleh ketegangan geopolitik yang sangat tinggi di seluruh dunia, termasuk konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah,” kata Perry Warjiyo.
Leave a Reply