Jakarta (Antara) – Menteri Pariwisata Widanti Putri Wardana (Mempal) mengatakan padatnya wisatawan di banyak destinasi favorit Bali bukan karena jumlah wisatawan yang berlebihan, melainkan karena belum meratanya distribusi dan penumpukan wisatawan dalam satu wilayah. wilayah. Bali bagian selatan.
Di sisi lain, Bali bagian utara dan barat mempunyai potensi wisata besar yang belum banyak diketahui wisatawan.
Vidyanti mengatakan Kementerian Pariwisata (Kempar) menyadari tantangan yang dihadapi Bali terkait dengan tidak meratanya sebaran wisatawan yang masuk dalam daftar no. Daftar Fodor 2025. Oleh karena itu, Kemenpar berupaya mendorong pemerataan wisatawan di Bali.
“Bahkan Kementerian Pariwisata pun tidak tinggal diam.” Pada bulan September 2024, diharapkan dapat memberikan paket wisata 3B melalui kerja sama Kemenparekraf, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan untuk menyediakan paket wisata 3B Banyuwangi – Bali Barat – Bali Utara. Menteri Pariwisata Vidyanti mengatakan dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu, “Wisatawan akan Ada banyak pilihan tujuan perjalanan.”
Paket wisata yang ditawarkan mencakup seluruh daya tarik masing-masing daerah: alam, budaya, produk wisata buatan, dan desa wisata.
Desa Wisata Pemuteran, Desa Wisata Les, Pemuteran di Lovina Bali Utara, dll. Kabupaten Jembrana merupakan rumah bagi Taman Nasional Bali Barat yang merupakan rumah bagi Burung Jalak Bali. Di sisi lain, Banyuwangi punya banyak destinasi seperti Desa Wisata Kemiren, G-Land, Alas Purwo, namun Kawah Ijen juga tak kalah menariknya.
Kemenpar juga mengajak masyarakat berdiskusi mengenai perkembangan pariwisata di Bali Utara dan mengundang sejumlah jurnalis dalam dan luar negeri untuk meliput langsung beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng Bali Utara.
“Kami optimis dengan melakukan berbagai langkah tersebut, kami dapat mengurangi kesenjangan pariwisata dan mengembangkan pariwisata Bali yang lebih berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat lokal.”
Sementara itu, Wakil Menteri Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Pariwisata Haryanto menjelaskan Kementerian Pariwisata berkomitmen mengembangkan kebijakan pariwisata berkelanjutan untuk melindungi budaya, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat Bali.
“Kami juga memperkuat kolaborasi kami dengan pemerintah daerah, pemangku kepentingan industri pariwisata, dan masyarakat lokal untuk mengatasi permasalahan seperti pengelolaan sampah, polusi, dan tekanan sosial dari pariwisata,” kata Haryanto Ta.
Secara khusus, kami menjalankan “manajemen destinasi” yang mendistribusikan wisatawan ke lima destinasi super prioritas (DPSP) (Toba, Borobudur, Mandalay, Labuan Bajo dan Likupang) di Bali dan luar Bali. ,
Haryanto mengatakan, koordinasi antarlembaga juga akan dilakukan untuk menindak tegas wisatawan yang melanggar hukum, norma, dan adat istiadat serta penyalahgunaan visa.
Kementerian Pariwisata terus mengedukasi wisatawan dan pemangku kepentingan untuk mempromosikan pariwisata berbasis komunitas, memperkuat regulasi lingkungan hidup, lebih menghormati budaya lokal, dan menjaga kelestarian alam Bali.
Leave a Reply