Jakarta (Antara) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengembangan pupuk berbahan dasar rumput laut sebagai upaya mendukung swasembada pangan nasional sekaligus meningkatkan produktivitas lahan pertanian di berbagai daerah.
“Cara mendukung produk perikanan untuk mendukung kegiatan swasembada pangan, dengan membuat pupuk hayati yang salah satu produknya diperoleh dari rumput laut,” kata KKP Budi Sulistio, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP). Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, pupuk berbahan dasar rumput laut bisa menjadi alternatif pengganti pupuk konvensional yang saat ini hanya mampu menyuplai 50 persen dari total pupuk nasional.
Saat ini KKP sedang mengidentifikasi pengusaha-pengusaha yang mengolah rumput laut menjadi pupuk untuk dikembangkan lebih lanjut dalam mendukung program ketahanan pangan.
“Kalau dilihat di bawah, apa yang bisa menunjang hasil dasar atau pengolahan hasil perikanan laut? Salah satunya dengan pemberian pupuk,” ujarnya.
Ia mengatakan, konversi produk rumput laut menjadi pupuk hayati merupakan langkah penting dalam mendukung swasembada pangan dengan memanfaatkan hasil laut sebagai sumber daya berkelanjutan.
KKP memastikan seluruh jenis rumput laut, Sargassum sp., Ulvalactuca, Euchema spinosum, dan Euchema cottonii dapat digunakan sebagai bahan baku produksi pupuk.
Ia mengatakan, kapasitas produksi pupuk cair di Bali saat ini mencapai 3.600 ton per tahun. Dari produksi tersebut, KKP memperkirakan pupuk ini dapat digunakan pada sekitar 120.000 hektar lahan pertanian di Indonesia.
KKP Budi Sulistio, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) menjawab pertanyaan awak media usai talkshow Binkong Bahari bertema ‘Pangan Biru untuk Swasembada Pangan’ di Jakarta, Senin (11/11/2021). 2024). ) ANTARA/Harianto
Namun potensi pupuk dari rumput laut sangat besar, ujarnya, dan KKP memperkirakan bahan baku rumput laut mampu menghasilkan 13 juta ton pupuk untuk mendukung kecukupan pangan nasional.
Proses pembuatan pupuk rumput laut meliputi fermentasi selama dua minggu dan produksi mikroba dilakukan di rumah untuk menjamin kualitas pupuk hayati yang dihasilkan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan uji coba pupuk rumput laut di Bali dan Sulawesi, dan hasilnya menunjukkan penurunan kadar gula pada beras yang dihasilkan sehingga meningkatkan manfaat kesehatan bagi masyarakat.
Mengingat produksi pupuk laut masih dalam tahap awal dan potensinya relatif kecil dibandingkan kebutuhan nasional, Kementerian Kelautan dan Perikanan terus menjalin interaksi dengan dunia usaha untuk memperkuat sektor tersebut.
Dengan pengembangan tersebut, KKP berharap pupuk rumput laut menjadi solusi berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan mendukung kemandirian pangan nasional di masa depan.
Leave a Reply