Jakarta (ANTARA) – Indonesia akan melanjutkan perjalanannya ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 Asia bersama Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senaiyan, Jakarta, Selasa.
Tim Garuda yang dipimpin oleh pemain luar biasa yang bermain di Eropa ini memandang laga melawan Arab Saudi sebagai laga penting untuk memulihkan dan memperbaiki posisinya di klasemen. Saat ini Indonesia berada di puncak klasemen dan Arab Saudi yang memiliki pemain lokal berada di peringkat ketiga Grup C.
Tim asuhan Herve Renard memperoleh 6 poin dari 1 kemenangan, 3 kali seri dan 1 kekalahan.
Green Falcons kali ini tidak tampil full skuad saat bertandang ke Jakarta, mereka kehilangan dua pilarnya yang cedera yakni Salman Al-Faraj dan Mohamed Al-Shanqieti. Sudah saatnya rombongan Garuda memutuskan Arab Saudi tidak akan datang sama sekali.
Di sisi lain, Timnas Indonesia yang dipimpin pemain Eropa harus puas dengan pilar barunya, Kevin Dix, yang cedera pada laga melawan Jepang.
Meski dipimpin oleh pemain diaspora yang bermain di Eropa, namun anak asuh Shin Tae Yong tidak akan pernah menganggap remeh Arab Saudi yang memiliki bintang-bintang lokal. Nama-nama seperti Salem Al-Dawsari, Ali Al-Bulaihi, Firas Al-Buraykan dan striker muda mereka Abdullah Radif. Tentu saja hal tersebut menjadi resiko yang besar bagi tim Garuda.
Apalagi kualitas liga lokal Arab Saudi pun lebih baik, dimana tim tuan rumah memiliki bintang-bintang sepak bola kelas dunia. Saat ini komunitas sepak bola belum mengenal Liga Saudi dengan mega bintangnya Cristiano Ronaldo, selain pemain lainnya seperti Sadio Mane, Karim Benzema, Pierre-Emerick Aubameyang, N’Golo Kante dan masih banyak lagi bintang sepak bola dunia lainnya.
Oleh karena itu, belum jelas para pemain Indonesia di Eropa tidak bisa menjamin kemenangan Indonesia melawan Arab Saudi jika bekerja keras di kompetisi ini.
Tim sepak bola Indonesia berkompetisi di Eropa
1. Jay Idzes (Venezia)
2. Kevin Dix (FC Kopenhagen)
3. Calvin Verdonck (NEC Nijmegen)
4. Shane Pattinama (KAS Eupen)
5. Sandy Walsh (KV Mechelen)
6. Eliano Reynders (KUI Zwolle)
7. Tom Hay (Kota Almere)
8. Nathan Tjo-A-On (Kota Swansea)
9. Ivar Jenner (“Utrecht”)
10. Marcelino Ferdinand (Oxford United)
11. Ragnar Oratmangoen (FCV Dender), pesepakbola timnas Arab Saudi, melakukan latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Dushanbe (18.11.2024). ANTARA FOTO/Riwan Awal Lingga/foc.
Pemain Arab Saudi dan Liga Europa
Jika membicarakan topik ini, sangat sedikit pemain Arab Saudi yang bermain di Eropa. Setidaknya, saat ini hanya ada tiga pemain asal Arab Saudi yang ingin berkiprah di Benua Biru, yakni Saud Abdulhamid bersama AS Roma, serta dua pemain klub Belgia Beershot VA, yakni Marwan Al-Sahafi dan Faisal Al-Ghamdi.
Pasalnya, pemerintah dan Asosiasi Sepak Bola Arab Saudi sedang melindungi pemainnya. Di Arab Saudi pun, pemain berkualitas akan menjadi komoditas penting bagi tim-tim lokal yang rela mengeluarkan uang dengan pergantian nama dan gaji yang sangat bagus.
Hal ini pula yang menjadi alasan pemain Saudi ingin bermain di luar negeri.
Hanya sedikit pemain dalam sejarah yang pernah merasakan bermain membela negara dengan seragam biru, salah satunya adalah Fahad Al Gesheyan yang merupakan pemain Arab Saudi pertama yang bermain di Eropa saat dipinjamkan ke klub Belanda AZ Alkmaar dari Al Hilal. di dalam Pada tahun 1999.
Selain Al-Gesheyan, pada tahun 2000, striker Green Hawks Sami Al-Jaber juga dipinjamkan ke Wolverhampton Wanderers yang saat itu berlaga di divisi satu atau dua Inggris. Namun sayang, kedua pemain tersebut memiliki menit bermain yang terbatas dan akhirnya dipanggil kembali oleh klub negara asalnya.
Pertengahan musim 2008/2009, bek kiri Arab Saudi dan Al-Ahli Hossein Abdulghani mengadu nasib di Swiss. Meski tak masuk tim utama, ia mendapat lebih banyak peluang setelah pindah dari Swiss ke Bulgaria pada 2017/2018 dengan kontrak permanen.
Bek Arab Saudi dan kapten Piala Dunia 2018 Osama Hawsawi juga dipinjamkan dari Al Hilal ke raksasa Belgia Anderlecht pada tahun 2012, namun ia hanya tampil dua kali untuk tim tersebut.
Kepindahan Sami Al-Jaber ke Wolverhampton tentu merupakan langkah yang mendapat sambutan baik. Prosesnya dimulai dengan pinjaman dan diakhiri dengan opsi permanen sebesar £1,3 juta pada tahun 2004.
Namun masalah izin kerja menghalanginya melakukan hal tersebut. Setelah intervensi itu, Al-Jaber melakukan debutnya di Liga Inggris, tampil empat kali sebagai pemain pengganti dan satu kali sebagai starter di Piala Liga. Sayangnya masa jabatannya di Wolves hanya bertahan lima bulan.
Wolves memulangkan Al-Jober ke mantan klubnya Al-Hilal, bukan karena pemainnya kurang bagus. Padahal, klub asal Inggris itu ingin memperpanjang masa pinjamannya. Namun rencana ini gagal karena sikap Al-Hilal yang defensif.
Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian pada tahun 2002, sebelum penampilan ketiga Arab Saudi di Piala Dunia, Al-Jabir mengatakan tentang situasinya, “organisasi-organisasi (di Arab Saudi) tidak bermain untuk rakyatnya, apa yang seharusnya mereka dapatkan,” kata Al . – Jober, yang saat itu berusia 28 tahun. Ia seolah mempertanyakan keputusan Al Hilal yang menolak kesepakatan permanen dengan Wolves, meski berhasil menarik perhatian para pelatih tim.
Al-Jober juga berbicara tentang perlindungan operan bagi pemain lokal. “Jika Arab Saudi ingin punya pemain bagus di masa depan, mereka harus melepasnya,” ujarnya.
Situasi ini bukan hal baru dalam sepak bola Arab Saudi. Pada tahun 1994, Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) bahkan melarang pemain nasional mengikuti Piala Dunia dengan bergabung dengan klub asing. Meski larangan tersebut dicabut pada tahun 1998, catatan Al-Jabir menunjukkan bahwa pembatasan tersebut masih ada.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada Oktober 2017, SAFF mulai meminjamkan sembilan pemainnya ke klub La Liga Spanyol secara gratis.
SAFF bertanggung jawab atas gaji para pemain, sehingga klub-klub Spanyol hanya tinggal menggunakan jasanya saja. Beberapa pemain, seperti Fahad Al-Muwallad dari Levante dan Salem Al-Dawsari dari Villarreal, memainkan permainan mereka, sementara yang lain, seperti Yahya Al-Shehri dari Leganes, tidak dapat bermain.
Namun proyek tersebut tidak memenuhi harapan. Sebagian besar pemain kembali ke Arab Saudi, tanpa preferensi di Spanyol. Di negaranya sendiri, para pemain tersebut menikmati status bintang berbayar yang lebih menarik dibandingkan ketatnya persaingan di Eropa.
Presiden SAFF Yasir Al-Mishehal membenarkan pendanaan menarik dari klub lokal menjadi alasan utama pemain Arab Saudi di tim asing. “Saat kontrak pemain habis, klub-klub tersebut berlomba-lomba mendapatkannya dengan menawarkan harga yang sangat tinggi,” ujarnya.
Agen yang berpengalaman bernegosiasi dengan klub-klub Timur Tengah itu juga menambahkan, pemain Arab Saudi punya keunggulan kompetitif di level Eropa. Namun, tidak ada klub Eropa yang dapat menandingi gaji besar yang mereka dapatkan di dalam negeri.
Pelatih Herve Renard bahkan bercanda: “Untuk keluar dari zona nyaman itu, mungkin mereka harus bermain melawan Manchester City.”
Turun
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan utama antara pemain Indonesia dan Arab Saudi dalam konteks kiprah internasional dipengaruhi oleh sepak bola dan budaya masing-masing negara.
Indonesia mengandalkan pemain asing yang bermain di tim-tim Eropa untuk mengembangkan tim nasionalnya, sementara Arab Saudi terus melindungi pemain lokalnya.
Meski demikian, laga ini masih sulit bagi Timnas Indonesia. Tom Haye dan rekan satu timnya harus tampil baik untuk mengamankan tiga poin guna memastikan Indonesia melaju di kualifikasi ini.
Leave a Reply