JAKARTA (ANTARA) – Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia dinilai memiliki peran strategis dalam mendukung ketersediaan pangan dan energi global seiring dengan pertumbuhan populasi manusia.
“Dalam konteks Indonesia, kelapa sawit merupakan komoditas strategis yang akan membantu bangsa kita mencapai kemandirian pangan dan energi,” kata Kakok Smartu, Presiden Jenderal Rumah Kelapa Sawit (RSI) Indonesia, di Jakarta, Minggu.
Menurut mereka, populasi manusia di dunia diperkirakan akan meningkat dari sekitar 8,2 miliar (pada tahun 2024) menjadi 8,5 miliar orang (pada tahun 2030), sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan akan mencapai 10 miliar pada tahun 2080.
Tentu saja, lanjutnya, hal ini juga akan berdampak pada peningkatan jumlah kebutuhan pangan dan energi. Sementara itu, daya dukung lahan mengalami penurunan sebagai dampaknya; Penggunaan sumber daya alam secara sembarangan, penggunaan pupuk kimia secara sembarangan, dan perubahan iklim. Hal ini berdampak pada menurunnya rasio ketersediaan pangan dan meningkatnya harga pangan.
Pertumbuhan penduduk juga akan berdampak pada peningkatan aktivitas manusia dan akibatnya kebutuhan energi meningkat, sementara ketersediaan energi dari perut bumi semakin berkurang.
Oleh karena itu, pengembangan energi baru dan terbarukan merupakan sebuah keniscayaan. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil juga memberikan kontribusi yang besar terhadap emisi karbon sehingga penggunaannya harus dibatasi, kata Kakok dalam keterangannya.
Ia menegaskan, negara mutlak perlu menetapkan kebijakan kemandirian pangan dan energi yang tidak terganggu oleh situasi apa pun di dunia internasional.
Melihat kondisi lahan saat ini, tambahnya, perkebunan kelapa sawit mempunyai potensi paling besar untuk mendukung swasembada atau kemandirian pangan dan energi.
Perhatikan dua hal utama, pertama; Produk minyak sawit dapat menyediakan pangan dan energi. Kedua; Dengan luas 16,8 juta hektar dan tersebar di seluruh tanah air, perkebunan kelapa sawit mempunyai potensi untuk ditanami pangan dan energi.
Dalam studi RSI, tambahnya, jika restorasi kelapa sawit tetap dipertahankan, maka akan ada setidaknya 1 juta hektar lahan yang memungkinkan dilakukannya tumpang sari untuk penggunaan komoditas energi dan pangan secara lokal, sehingga akan menghemat banyak biaya logistik.
Dalam kesempatan tersebut, Kakuk menjelaskan peran Indonesia dalam mencapai kemandirian pangan dan energi akan dibahas dalam seminar yang diselenggarakan RSI di Jakarta pada Senin (18/11).
Mengangkat tema “Mewujudkan kemandirian pangan, energi, dan ekonomi melalui perkebunan kelapa sawit menuju Indonesia emas 2045”, seminar tersebut menghadirkan beberapa pembicara dari perwakilan pemerintah dan pelaku usaha. Selain itu, kongres pertama RSI juga akan digelar pada Selasa (19/11).
Leave a Reply