Purwokerto (ANTARA) – Gio mendatangi ruang pers didampingi salah satu pelatih Astra Honda Racing School (AHRS), Rifky, lalu menghampiri para jurnalis untuk melakukan “salim” sambil mencium tangan para jurnalis satu per satu.
Gio yang datang bersama dua temannya, Ahmad Azel Savero dan Sean Delbert Jeremia, kemudian duduk dan bersiap untuk wawancara.
Sepanjang hidup saya, ini adalah pengalaman pertama seorang narasumber yang “salim” kepada saya sebelum melakukan wawancara.
Siswa kelas 5 SD Xaverius Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, bernama lengkap Giovanni Cornelius Gani ini memiliki tinggi badan yang sama dengan siswa SD lainnya.
Suaranya yang masih nyaring khas anak kecil, badannya kecil dan tidak terlalu montok, namun Gio dua kali naik podium pada balapan motor Honda Dream Cup 2024 yang digelar di sirkuit jalan raya. GOR Satria Purwokerto, Minggu. (17/11).
Gio berhasil finis ketiga di dua balapan yang diikutinya yakni kelas Astra Honda Racing School (AHRS) dan kelas pemula U-12.
Pada balapan kelas AHRS yang seluruh pebalapnya mengikuti sekolah sepeda motor milik Astra Honda Motor, Gio finis di posisi ketiga dengan catatan waktu 13 menit 16,900 detik dengan mengendarai sepeda motor Honda NFS100 dalam road race 14 lap tersebut. Kawasan GOR Satria Purwokerto.
Ia unggul +9,630 detik dari pemenang lomba Ziven Rozul Abiy Salim.
Sementara pada kategori U-12, Gio juga menempati posisi ketiga dengan mengendarai Supra GTR150 dengan catatan waktu 10 menit 37,330 detik, + 18,376 detik, unggul dari peraih podium pertama, Abimanyu Bintang Permadi, yang mencatatkan waktu 10 menit 37,330. detik. 10 menit 18,954 detik.
Tubuhnya mungkin kecil, tapi roda di trek balap sangat besar.
Ia tak sedikit pun merasa takut saat mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan lebih dari 60 kilometer per jam di trek kecil di halaman belakang sebuah kompleks olah raga.
“Tidak, tidak ada,” kata Gio saat ditanya apakah dia takut terjatuh dari sepeda motor.
Gio mengalami kecelakaan saat latihan yang mengakibatkan bahu kirinya patah. Ketika dia memutuskan ingin menjadi pelari saat berusia 3,5 tahun, itu adalah cedera terparah yang dideritanya.
“Waktu itu saat balapan, saya terjatuh, lengan saya patah, tapi saya melanjutkan balapan lagi,” ujarnya.
Keinginan Gio menjadi seorang pelari cukup istimewa. Yang dilihatnya hanyalah sebuah sepeda motor berukuran besar dengan fairing yang dibeli ayahnya hanya untuk dijual kembali, bukan untuk dikendarai apalagi untuk balapan.
Lihat saja seperti ini, Gio mulai belajar mengendarai sepeda motor mini sebelum ia berusia 4 tahun.
Tidak ada sirkuit balap di Lubuk Linggau. Ia berlatih di sebuah kolam bus yang ditinggalkan selama beberapa tahun hingga akhirnya memutuskan untuk mengikuti seleksi sekolah lari AHRS. Sejak menimba ilmu di AHRS, Gio mengaku banyak mempelajari hal-hal teknis di dunia balap, dan prestasinya mulai membuahkan hasil.
Berbeda dengan Gio, Ahmad yang tinggal di Kalimantan, berlatih setiap akhir pekan dalam perjalanan menuju kantor Pemprov Kalsel, tanpa ada aktivitas lalu lintas.
“Dia berlatih di kantor gubernur, di jalan umum tapi sepi,” kata Ahmad yang merupakan peraih Anugerah Sepeda Motor Daerah Kalimantan dan Anugerah Sepeda Motor Indonesia 2024 kategori Pemula.
Pembalap muda Astra Honda Racing School (AHRS) Giovanni Cornelius Gani (tengah), Ahmad Azel Savero (kiri) dan Sean Delbert Jeremia (kanan). (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Regenerasi koridor di Indonesia
Cukup banyak pebalap sepeda motor Indonesia yang pernah mengikuti beberapa balapan kelas dunia. Banyak nama yang sudah mencicipi persaingan dengan pebalap elite masa kini, seperti Jorge Martin, Pol Espargaro, Brad Binder, dan adik Valentino Rossi, Luca Marini, saat masih di Moto3 dan Moto2.
Beberapa pembalap Tanah Air seperti Doni Tata Pradita, Gerry Salim, Dimas Ekky Pratama, Andi Farid Izdihar atau Andi Gilang, dan Mario Suryo Aji sudah berpengalaman di kejuaraan dunia sepeda motor.
Terbaru, Aldi Satya Mahendra dinobatkan sebagai juara dunia World Super Sport 300 2024 pada Oktober lalu.
Selain prestasi yang semakin meningkat, talenta-talenta baru pun tak henti-hentinya bermunculan, seperti Gio yang baru berusia 11 tahun dan sudah banyak menorehkan prestasi.
Ada pula pelari yang baru berusia 13 tahun, yakni Muhammad Badly Ayatullah Massorong dan Nelson Cairoli Ardheniansyah yang mampu lolos ke Asia Talent Cup 2025 setelah uji coba perdana di kompetisi internasional Thailand Talent Cup 2024 (ATC).
Artinya koridor-koridor di Indonesia tidak menghentikan regenerasi. Sekolah balap seperti AHRS juga mengirimkan siswanya untuk berlaga di Asia Talent Cup, sebuah balapan motor regional di Asia yang menjadi ajang pencarian bakat balap.
Namun balap motor level tertinggi yang diikuti pebalap Indonesia adalah Moto2 yang belum mencapai level MotoGP.
Gio yang tidak pernah takut dengan lintasan balap, ketika ditanya apa yang paling memotivasi dirinya, berlatih Senin hingga Sabtu dan rela menukar waktu bermainnya dengan latihan fisik seperti lari, berenang, lompat tali, push-up, dan banyak lagi. . Ini tentang menjadi pebalap MotoGP.
MotoGP adalah impian terbesarnya. Meski demikian, Gio sangat memahami tahapan yang harus dilaluinya untuk mencapai hal tersebut.
“Pertama Thailand Talent Cup, lalu Asia Talent Cup, Red Bull Rookie Cup, Moto3, Moto2, MotoGP,” tegas bocah berjuluk “Super Gio” itu di lintasan.
Pembalap favorit Gio di dunia adalah Marc Marquez, Baby Alien yang membuat sejarah pada tahun 2013 sebagai juara dunia MotoGP termuda dalam usia 20 tahun 266 hari.
Sekitar 20 menit setelah sesi wawancara Gio dengan wartawan, Gio kembali meminta tangan para wartawan lalu saling berpaling untuk berpamitan.
Leave a Reply