Jakarta (Antara) – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara menangani anak stunting atau kerdil akibat gizi buruk di wilayahnya, dan jumlahnya akan mencapai 1.412 anak pada Agustus 2024.
“Target prevalensi stunting di Jakarta Utara pada tahun 2025 sebesar 15,8 persen sesuai pemutakhiran target prevalensi stunting nasional dan provinsi,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dr Lisbeth Regina Panjaitan di Jakarta, Senin.
Pihaknya mengawali intervensi yang dilakukan pada 1.000 hari pertama kelahiran (HPK), mulai dari ibu hamil hingga anak di atas 2 tahun, dengan intervensi khusus untuk mengatasi anak yang mengalami kelambatan atau ketimpangan.
Menurutnya, upaya telah dilakukan untuk memastikan seluruh ibu hamil dipantau minimal 6 kali melalui antenatal care (ANC) atau melalui tes kehamilan yang terstandar.
Memastikan ibu hamil yang berisiko kekurangan energi kronik (KEK) diberikan makanan tambahan (PMT).
Selanjutnya, periksa bayi baru lahir dan pastikan bayi mendapat vaksinasi dasar lengkap.
Setelah itu, pastikan untuk memantau tumbuh kembang anak setiap bulannya dan memberikan makanan tambahan (PMT) pada anak yang mengalami masalah gizi.
Mereka mengatakan, anak-anak yang “berat badannya goyah” atau tidak bertambah berat badannya dan yang “underweight” atau berat badannya kurang diberikan PMT pangan lokal selama 14 hari.
Sedangkan anak gizi buruk diberikan PMT selama 56 hari dan anak gizi buruk diberikan F-100 selama 90 hari, ujarnya.
Kelompoknya juga melakukan intervensi sensitif seperti screening dan pendidikan kesehatan bagi calon pengantin.
Kemudian mendorong remaja putri untuk melakukan skrining anemia dan diberikan Tablet Suplemen Darah (TTD) serta penerapan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Dia mengatakan, dokter anak di RSUD Jakarta Utara menangani atau menyembuhkan anak stunting dengan kebutuhan medis khusus (PKMK).
“Anak kurang berkembang dirujuk oleh Puskesmas ke RSUD untuk dilakukan pemeriksaan menyeluruh oleh dokter spesialis anak,” ujarnya.
Leave a Reply