JAKARTA (ANTARA) – Direktur Eksekutif Pengawasan Penyelenggaraan Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Frederica Vidyasari Dewey mengatakan, pihaknya fokus meningkatkan literasi keuangan dan 2025 melalui Gerakan Nasional Cerdas Keuangan. (GENCARKAN).
Pengumuman tersebut disampaikan di depan pintu pertemuan “CNN Indonesia Financial Forum 2024, Inklusi Keuangan: Fundamental Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” yang diadakan di Jakarta pada hari Selasa.
“Tahun depan kita akan mengadakan program GENCARKAN yang merupakan gerakan nasional dengan pelaku dari dunia usaha jasa keuangan. Kita sudah merencanakannya.” Dalam 3 bulan terakhir (sejak dimulainya program GENCARKAN, National Inclusive Dewan Keuangan/DNKI yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan) angkanya bertambah 8. Dengan lebih dari seribu program, “menjangkau 32 juta masyarakat Indonesia,” ujarnya.
OJK disebut telah memetakan wilayah mana saja di Indonesia yang sulit dijangkau atau bahkan belum memiliki pengetahuan keuangan sektor jasa keuangan.
Terkait hal tersebut, pihaknya mengajak pemangku kepentingan terkait untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan literasi keuangan di wilayah tersebut, antara lain Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Sasaran GENCARKAN adalah 2 juta duta dan agen literasi inklusif, edukasi keuangan di seluruh kabupaten/kota, program multichannel untuk menjangkau 50 juta masyarakat, 98 persen indeks inklusi keuangan nasional, 90 persen tabungan pelajar, dan 2,5 juta pelajar kelompok dan remaja. Masyarakat memiliki rekening melalui Tabungan Pelajar dan Remaja (SiMuda).
Program ini juga mendorong akses kredit bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melalui program Pinjaman/Pendanaan Terhadap Hiu Pinjaman (K/PMR), sehingga menjangkau 1,6 juta peminjam dan mempercepat pemanfaatan sumber daya keuangan. Produknya digunakan oleh 30 persen kelompok penyandang disabilitas.
“Mari kita bersatu dalam bidang-bidang seperti itu. Karena mungkin jika kita tidak menjangkau mereka (pelaku usaha di sektor jasa keuangan), mereka akan pergi ke tempat-tempat yang “potensial” di mana mereka bisa menjual produk dan jasanya. Berbicara pada acara tersebut, Frederica mengatakan: “Tetapi mari kita pergi ke tempat-tempat yang sulit atau jarang dapat diakses.”
Selain itu, pihaknya juga mengkampanyekan kesadaran berinvestasi untuk mendorong inklusi keuangan dan akses terhadap keuangan yang pada akhirnya mengarah pada pertumbuhan ekonomi.
“Kami juga akan melihat beberapa bagian. Jadi misalnya kita tidak bisa mengajarkan semua bidang yang berhubungan dengan investasi dan saham. Misalnya saja kalau tertarik di pasar modal, kita bisa fokus dulu ke reksa dana, saham, mungkin investasi emas, dan sebagainya. Kita bisa mengajar. “Jadi pendidikan itu multi-bagian dan berbeda-beda tiap daerah,” tuturnya yang akrab disapa Kiki.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Edukasi dan Partisipasi Keuangan (SNLIK) tahun 2024, tingkat inklusi keuangan di Indonesia saat ini sebesar 75,02 persen, dan indeks literasi keuangan sebesar 65,43 persen.
Leave a Reply