Jakarta (ANTARA) – Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta akan memprioritaskan program percepatan pengurangan backlog pada tahun 2025.
Prinsipnya dalam siklus kehidupan, mulai ibu hamil, melahirkan, anak, remaja putri, dewasa produktif, lanjut usia, semua orang punya program kesehatan, kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Jakarta , Kamis.
Rencana kerja dan anggaran tahun 2025 terdiri dari penyediaan makanan untuk kebutuhan medis khusus (PKMK) sebesar Rp22 miliar untuk 4.527 kasus keterlambatan, pemberian makanan tambahan (PMT) untuk kasus penurunan berat badan (weight waver) sebesar Rp10 miliar untuk 29.220 kasus. , PMT penurunan berat badan di bawah standar (underweight) Rp 1,8 miliar sebanyak 3.629 kasus, PMT gizi buruk Rp 3,7 miliar sebanyak 3.156 kasus, dan penatalaksanaan anak gizi buruk Rp 2,5 miliar sebanyak 1.006 kasus.
Hal ini juga sejalan dengan permintaan Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Muhammad Thamrin yang menginginkan pelayanan kesehatan di DKI Jakarta memprioritaskan program penanganan gizi buruk (stunting) pada tahun 2025.
Thamrin mengimbau dinas kesehatan mengoptimalkan anggaran sebesar Rp 10,7 triliun untuk menekan angka kemunduran di Jakarta guna menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
“Dorongan saya agar dana bisa dialokasikan untuk pencegahan, sehingga masyarakat Jakarta tidak lagi mengalami gizi buruk,” kata Thamrin.
Dalam kesempatan yang sama, Komisioner E DPRD DKI Jakarta Fatimah Tania Nadira Alatas juga mengimbau agar sistem kesehatan memprioritaskan pemberian makanan seimbang kepada ibu hamil.
Menurutnya, tumbuh kembang anak dipengaruhi saat masih dalam kandungan. Ibu hamil membutuhkan asupan bergizi seperti ikan, telur, daging, kerang, kacang-kacangan, biji-bijian, susu, keju, yogurt serta banyak buah dan sayur.
“Usia bayi dalam kandungan ibu saya yakin sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang dikonsumsi selama hamil,” kata Tania.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, pada Januari hingga Agustus 2024, terdapat 36.664 anak di Jakarta yang mengalami masalah gizi.
Dari data tersebut, sebanyak 26,74 persen atau 10.340 anak mengalami stunting, 4,24 persen atau 1.638 anak mengalami gizi buruk, 26,32 persen atau 10.178 anak mengalami gizi kurang, dan 42,70 persen atau 16.508 anak mengalami gizi kurang.
Namun dari 10.340 kasus stunting, sebanyak 5.969 anak sudah membaik dan 4.371 anak masih berjuang.
Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan berbagai pihak melalui program Jakarta Beraksi (Bergerak Mengatasi Stunting) untuk mengurangi masalah stunting.
Leave a Reply