Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Menjadikan Riau sebagai pusatnya Andalas melalui Tol Trans Sumatera

Pekabaru (ANTARA) – Jauh sebelum lahirnya provinsi Riau, yaitu pada tahun 1948 hingga 1957, sudah ada provinsi Sumatera Tengah di Pulau Sumatera. Wilayah Sumatera Tengah kemudian meliputi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.

Saat itu pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Tengah berkedudukan di Bukittinggi, sekitar 125 km dari Pekanbaru yang kini menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Barat dan kini menjadi ibu kota Provinsi Riau.

Setelah melalui perjalanan dan sejarah yang panjang, Provinsi Sumatera Tengah akhirnya resmi dibubarkan pada tanggal 9 Agustus 1957 dengan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 yang membentuk wilayah Tier I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. Undang-undang ini menciptakan tiga “daerah swantantra tingkat I” dari bekas wilayah Sumatera Tengah.

Tak heran jika kini banyak masyarakat yang tinggal di Provinsi Riau dan Jambi menggunakan dialek yang sama dengan aksen Minang. Suku Minang, atau masyarakat Sumatera Barat, sebutan suku nomaden, akhirnya menetap di Riau.

Kondisi geografis yang berbukit-bukit dan terjal tidak menghalangi masyarakat yang tinggal di Riau, Sumatera Barat, dan sekitarnya untuk saling bepergian, meski harus menempuh perjalanan darat selama puluhan jam. Karena banyaknya warga Riau yang berasal dari kampung halamannya di Sumbar, maka jalanan Riau – Sumbar dipenuhi kendaraan setiap akhir pekan. Warga Riau juga banyak yang berwisata ke Sumatera Barat, dan warga Minang juga banyak yang berbisnis di Riau. Ini merupakan simbiosis timbal balik.

Pembangunan infrastruktur jalan

Hingga saat ini, karena kelancaran jalan tersebut, intensitas pergerakan barang dan orang dari Sumbar ke Riau dan sebaliknya semakin meningkat, hingga akhirnya dibangunlah jembatan megah bernama Kelok Sembilan pada tahun 2003.

Kelok Sembilan merupakan ruas jalan layang yang terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Jalan yang dalam bahasa setempat disebut kelok ini diberi nama Kelok Sembilan karena memiliki sembilan tikungan.

Jalan ini merupakan jalan utama yang menghubungkan Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau, tepatnya 143-148 km dari Kota Padang.

Hadirnya Sembilan Belokan membuat pengguna kendaraan khususnya truk besar atau bus tidak perlu lagi khawatir dengan tanjakan atau turunan tajam yang rawan kecelakaan lalu lintas. Jalan layang Kelok Sembilan membuat jalan semakin terjal.

Pasca adanya Kelok Sembilan, pemerintah masih terus mempercepat pembangunan Tol Trans Sumatera yang nantinya dapat menghubungkan dan memperpendek jarak antarbagian Pulau Sumatera dari Lampung hingga Banda Aceh.

Menjadi wilayah yang terletak di jantung Pulau Sumatera atau dikenal dengan nama Andalas tentu menjadi sebuah keunggulan bagi Provinsi Riau. Mengingat lokasinya yang strategis, tentu saja Bumi Lancang Kuning akan semakin banyak dikunjungi masyarakat Andalas.

Hal tersebut saat ini dimanfaatkan Pemda Riau untuk mengembangkan berbagai sarana dan prasarana dengan membuat tempat wisata baru, hotel, pusat perbelanjaan, kuliner atau tempat hiburan lainnya. konstruksi berbayar

Saat ini pemerintah melalui PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) terus melanjutkan pengerjaan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang mencakup ruas Rengat-Pekanbaru Ring Road Pekanbaru sepanjang 30,57 km. Proyek yang dibangun sejak Juni 2023 ini direncanakan selesai pada 2026.

“Pada September 2024, progres pembangunan jalan tol ini mencapai 30 persen,” kata III. Chief Operating Officer PT HKI Aditya Novendra Jaya.

Jalan Tol Lingkar Pekanbaru dirancang memiliki tiga Plaza Tol (GT) dan Simpang Susun (IC), GT dan IC Rimbo Panjang, Siak dan Bypass Pekanbaru. GT dan IC Rimbo Panjang merupakan akses utama masyarakat Rimbo Panjang di dalam dan luar Jalan Lingkar Pekanbaru. Sedangkan GT Siak dan IC akan menjadi akses pertama Kecamatan Sri Meranti menuju Jalan Lingkar Pekanbaru dan Bypass Pekanbaru serta Pekanbaru Bypass GT dan IC akan menjadi akses pertama masyarakat Muara Fajar menuju Jalan Lingkar Pekanbaru.

Warga Pekanbaru dan sekitarnya yang kemudian melewati Tol Pekanbaru-Bangkinang dapat melalui Tol Pekanbaru-Dumai tanpa harus keluar tol, atau sebaliknya. Hal ini tentu saja meningkatkan koneksi langsung antar kota dan mengurangi waktu perjalanan.

Tol ini menghemat waktu dari Gerbang Tol Bangkinang-Pekanbaru ke Gerbang Tol Pekanbaru-Dumai yang awalnya satu jam di jalan tol dan hanya 25 menit di jalan lingkar Tol Pekanbaru.

Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, menjadi magnet tersendiri mengingat pusat keramaian berada di kota berpenduduk 1,13 juta jiwa tersebut. Beberapa gerai berbayar juga menyambut atraksi baru seperti taman air atau tur miniatur kota-kota Asia.

HKI juga sedang membangun kawasan rekreasi seluas 12 hektare yang saat ini masih dalam tahap perencanaan dan direncanakan pada tahun 2025. Tempat rekreasi yang terletak 5 kilometer dari pintu tol Siak ini menampilkan desain bangunan yang disesuaikan dengan corak budaya lokal khas Riau, dengan beragam fasilitas.

Sekadar informasi, wilayah kerja proyek Tol Pekanbaru terdiri dari satu jalan tol, tiga jembatan sungai, beberapa rest area, satu gardu tol, dan tiga gerbang tol. Selain itu, tol ini direncanakan memiliki lebar lajur 3,6 meter, pada bagian awal 2×2 lajur dan 2×3 lajur pada ruas akhir dengan kecepatan 100 km/jam.

Salah satu jembatan ikonik HKI adalah Jembatan Sungai Siak yang memiliki total bentang 214 meter dan bentang utama 97,5 meter. Selain itu, jembatan ini didesain sedemikian rupa sehingga tidak digunakan dermaga di tengah sungai, sehingga menjaga kondisi lingkungan dan kapal pengangkut logistik dapat melintas di bawahnya tanpa hambatan.

Total panjang master plan yang menghubungkan Lampung hingga Aceh sepanjang 2.994 kilometer akan menjadikan tol Trans Sumatera sepanjang 1.100 kilometer pada akhir tahun ini.

Magnet sumatera

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan investasi sebesar Rp106,07 triliun (6,43 persen dari tingkat nasional) di Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2024; ini merupakan jumlah tertinggi di wilayah Sumatera.

Berdasarkan data Penanaman Modal Terpadu dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Riau, realisasi investasi di Provinsi Riau pada triwulan II (Maret-Juni) tahun 2024 mencapai Rp27,84 triliun (104,7 persen) dibandingkan target tiga bulan. Januari-Juni) mencapai Rp53,13 triliun (50,09 persen) dari target tahunan yang ditetapkan.

Hal ini membuktikan bahwa Riau merupakan magnet investasi di Pulau Sumatera, mengingat berbagai pengembangan masih terus dilakukan.

Provinsi Riau yang terletak di jantung Pulau Sumatera diprediksi akan berkembang pesat dalam 5 tahun ke depan. Namun para pemimpin daerah yang terpilih pada pilkada tahun ini perlu mempertimbangkan hal ini. Tentu saja pembangunan dengan dukungan sosial akan bermanfaat dan membuahkan hasil.

Pemotong: Achmad Zaenal M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *