YOGYAKARTA (ANTARA) – Tim peneliti Departemen Teknik Mesin dan Industri Universitas Gajah Mada (UGM) mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan (EBT) di daerah perbatasan, pinggiran, dan tertinggal (3T) Indonesia. wilayah.
Turbin yang diberi nama “Antasena” ini dikembangkan bersama oleh tim peneliti UGM yang terdiri dari Profesor Indarto, Profesor Deendarlianto dan Dr Agung Bramantya serta Puslitbang PLN.
“Antasena ikut serta dalam upaya pemanfaatan energi angin sebagai pembangkit energi angin untuk mendukung konsumsi karbon di wilayah 3T,” kata Deendarlianto dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin.
Ia menjelaskan, keunggulan turbin angin adalah dapat beroperasi terus menerus pada kondisi optimal bahkan pada kecepatan angin yang relatif rendah, atau “memotong kecepatan angin” sekitar 2,5 meter per detik.
Menurutnya, manfaat tersebut diharapkan dapat memperbaiki lingkungan di Indonesia, karena kecepatan angin kerap menjadi kendala dalam pembangkit listrik tenaga angin.
Ia mengatakan sebaran kecepatan angin di Indonesia masih sangat rendah bahkan di beberapa wilayah 3T sehingga diperlukan teknologi untuk memanfaatkan energi angin dengan kecepatan rendah.
Ia mengatakan, “Saya kira inovasi turbin ‘Antacena’ menjadi solusi untuk mengatasi hal tersebut.”
Ia mengatakan pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) merupakan salah satu program pengembangan PT PLN (Persero) Group untuk meningkatkan bauran EBT dan mendukung pencapaian target EBT sebesar 23% pada tahun 2025.
Sasaran tersebut sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 dan Rencana Komprehensif Energi Nasional.
Menurut Deendarlianto, PLN membutuhkan PLTB untuk menyuplai listrik pada kisaran 3T.
Ia mengatakan bahwa untuk meningkatkan ketersediaan listrik di kawasan, solusi nyatanya adalah teknologi baru.
“PLN akan memberikan dukungan penuh untuk desain, prototipe, produksi massal, dan instalasi untuk memastikan segera digunakan oleh masyarakat,” ujarnya.
Dijelaskannya, turbin ‘Antacena’ ini merupakan material komposit menggunakan carbon filler yang diekstraksi dari limbah karbon PLTU dan merupakan material ramah lingkungan sehingga koefisien data sudu (Cp) bisa mencapai hingga 55%.
Ia mengatakan, seluruh proses pembuatan turbin angin “Antasena” menunjukkan komitmen para peneliti untuk menjadikan masa depan Indonesia lebih hijau dan lebih baik serta menjadi solusi terbaik bagi daerah terpencil di mana energi konvensional sulit digunakan.
Leave a Reply