MOSKOW (ANTARA) – Pemerintah Rusia siap membantu menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan telah menjalin kontak dengan semua pihak terkait, kata juru bicara Kremlin, Kantor Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov, Jumat (11/1). .
Kepada pers di Moskow, Peskov mengomentari laporan media bahwa Israel telah meminta Rusia untuk bertindak sebagai mediator dalam kontaknya dengan Hizbullah.
Peskov kemudian mengutip Presiden Vladimir Putin, yang sebelumnya mengatakan bahwa Moskow “menjaga kontak dengan semua pihak terkait”.
“Dan tentu saja, jika upaya kami bisa efektif di mana pun, maka Rusia siap,” kata juru bicara tersebut.
Israel, yang telah membunuh 43.000 warga Palestina di Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada Oktober tahun lalu, memperluas konflik ke Lebanon pada akhir September.
Trump Mengenai pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada tanggal 5 November, Peskov menggambarkan pernyataan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump tentang penghancuran Nord Stream 2, serta perlunya memisahkan Rusia dan Tiongkok sebagai hal yang “tidak dapat dipahami”.
Dalam wawancara sebelumnya dengan reporter Tucker Carlson, Trump membantah klaim Partai Demokrat bahwa ia memiliki hubungan dengan Rusia, karena negara tersebut memblokir pembangunan pipa Nord Stream 2.
“Ciri utama kerja sama kami dengan Tiongkok adalah tidak ditujukan pada negara ketiga, namun hanya untuk kepentingan rakyat kedua negara kami,” kata Trump.
Sementara itu, Peskov, yang juga mendukung gugatan LSM Rusia Autonomous Dialogue terhadap Biro Investigasi Federal AS (FBI), mengatakan tidak ada harapan bahwa pengadilan AS tidak akan memihak.
“Hak-hak harus dipertahankan dengan segala cara hukum… Namun, dapat diasumsikan dengan tingkat keyakinan yang tinggi bahwa dalam kasus-kasus seperti itu, pengadilan Amerika akan mulai kehilangan ketidakberpihakan, keseimbangan dan keadilannya,” kata juru bicara Kremlin.
“Mereka akan melupakan prinsipnya. Oleh karena itu, tidak ada harapan akan kemungkinan pertimbangan kasus yang tidak memihak di pengadilan Amerika,” ujarnya sambil menambahkan.
Terkait pemilihan presiden di Moldova, Peskov membantah tuduhan adanya campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Moldova. “Kami dengan tegas menyangkal tuduhan bahwa kami terlibat dalam hal ini. Sebenarnya tidak.”
Pada tanggal 20 Oktober, Moldova melakukan pemungutan suara untuk memilih presidennya. Presiden petahana, Maia Sandu, yang dianggap pro-Barat, mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.
Sandu memperoleh kurang dari 50 persen suara, sehingga membuka jalan bagi pemilihan presiden putaran kedua pada 3 November.
Sumber: Anatolia
Menteri luar negeri Mesir dan Rusia membahas peningkatan ketegangan di Timur Tengah
Leave a Reply