Jakarta (ANTARA) – PT Indonesia Digital Identity (VIDA), penyedia layanan Sertifikat Elektronik (PSrE) yang terdaftar di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), mencatat terjadi peningkatan kasus penipuan menggunakan produk palsu sebanyak 1.550 kasus. persen di Indonesia pada tahun 2022-2023.
“Penipuan digital semakin maju, terutama akibat meluasnya penyalahgunaan teknologi AI (kecerdasan buatan),” kata salah satu pendiri dan Presiden VIDA Sati Rasuanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya fokus menciptakan lingkungan digital yang aman dengan menanggulangi empat ancaman utama penipuan online berbasis AI, yaitu rekayasa sosial, pembajakan akun (ATO), pencurian identitas, dan pemalsuan dokumen.
Ia juga menghadirkan VIDA Identity Packages (VIS) sebagai solusi komprehensif untuk memerangi ancaman penipuan berbasis AI dan dapat menjamin keamanan transaksi digital hingga 99,9 persen melalui verifikasi identitas, otentikasi pengguna, dan digit pendeteksi penipuan.
“Kami berkomitmen untuk menciptakan ekosistem yang aman, di mana setiap orang dapat percaya bahwa informasi pribadi, data keuangan, dan transaksi digital mereka terlindungi dari aktivitas penipuan,” ujarnya.
Sati mengatakan pihaknya juga menyediakan platform VIDA Signature, serta Sign OpenAPI yang dirancang untuk memfasilitasi penandatanganan dan pemrosesan dokumen dengan jaminan keamanan 99,9 persen.
Dengan integrasi yang mudah ke dalam sistem yang ada, VIDA Signature adalah platform tanda tangan yang aman.
Ia menegaskan, dengan mengedepankan keamanan data pengguna dan sistem digital, maka sistem keuangan yang lebih inklusif dan stabil dapat dibangun untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Selain itu, menurutnya, ada baiknya juga untuk meningkatkan kesadaran dan memberdayakan konsumen setiap saat agar tidak menjadi korban penipuan intelektual.
“Seiring dengan perubahan metode penipuan, solusi kami harus terus bergerak maju. Kami mengajak konsumen dan dunia usaha di Indonesia untuk bekerja sama melawan ancaman kejahatan siber yang didorong oleh AI,” kata Sati.
Leave a Reply