JAKARTA (ANTAARA) – PT Pemrangkat Afik Indonesia (Pfundo) merevisi estimasi penerbitan surat utang korporasi (obligasi) pada kisaran Rp123,07 hingga Rp143,79 triliun dengan titik tengah sekitar Rp132 triliun. tahun 2024.
Revisi tersebut didasari beberapa faktor, antara lain pemotongan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang akhirnya baru dilakukan pada awal semester II 2024.
“Di dalam negeri, kemarin Bank Indonesia (BI) masih kembali menaikkan suku bunga acuan pada April 2024. Oleh karena itu, suku bunga final lebih tinggi dari perkiraan awal kami, artinya penerbitan masih sembilan bulan pertama tertahan,” ujar ekonom tersebut. Pefindo Sahandrato pada konferensi pers Pefindo di Jakarta, Kamis.
Dia merinci, surat utang korporasi senilai sekitar Rp90 triliun telah diterbitkan hingga September 2024, dan diperkirakan akan diterbitkan pada Oktober 2024 sebesar Rp21,5 triliun.
“Lalu mungkin dua bulan terakhir yakni November dan Desember totalnya sekitar Rp 15 triliun. “Mungkin untuk tahun ini saja titik tengah kita mencapai sekitar Rp 130 triliun,” kata Suhandrato.
Selain sentimen suku bunga acuan, ia menjelaskan kondisi tahun ini terbilang sulit karena hadirnya instrumen lain yang menjadi alternatif, yakni Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Ia mengatakan, kehadiran instrumen ini meningkatkan persaingan dalam menghimpun dana dari pemerintah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Seperti kita ketahui, untuk menstabilkan nilai tukar pada tahun ini, BI cukup agresif dalam menerbitkan SRBI. Dan secara tidak langsung lebih memilih investor untuk menyimpan dananya di sana, karena SRBI memperhitungkan namun instrumen ini bebas risiko, dan jika dibandingkan. tingkat bunga dengan kupon, tingkat bunganya masih lebih tinggi dibandingkan SUN (Surat Utang Negara),” kata Suhandarto.
Saat ini, mereka memperkirakan situasinya tidak akan jauh berbeda pada tahun 2025, dengan biaya penjaminan pinjaman korporasi sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun ini.
“Mungkin perbandingannya tahun ini (jatuh temponya) Rp 150,5 triliun, tahun depan mungkin Rp 150 triliun, menurut data September lalu. Tapi akhir tahun ini mungkin Rp 155 triliun.” jatuh temponya sedikit lebih dari tahun 2024,” kata Suhandrato.
Leave a Reply