Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

8 juta kasus baru dilaporkan saat TB jadi penyakit mematikan di dunia

Jakarta (Antara) – Tuberkulosis (TB) telah menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia, dengan 8 juta kasus baru dilaporkan, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Dr. kata Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Rabu, seperti dilansir Dr. Daily. (30/10)

Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia, tuberkulosis, penyakit menular paling mematikan di dunia, diperkirakan menyerang 8,2 juta orang pada tahun 2023. Sejak tahun 1995, jumlah kasus baru meningkat.

Meskipun jumlah total kematian akibat tuberkulosis turun dari 1,32 juta menjadi 1,25 juta pada tahun lalu, jumlahnya akan sedikit meningkat menjadi 10,8 juta pada tahun 2023, menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia.

TBC yang resistan terhadap obat diperkirakan telah menginfeksi 400.000 orang pada tahun lalu dan merupakan darurat kesehatan masyarakat dan risiko layanan kesehatan.

Statistik yang lebih mengejutkan lagi adalah hanya 40 persen pasien yang dirawat. Resistensi obat dapat terjadi ketika obat TBC disalahgunakan, salah diresepkan, karena kualitas obat yang buruk atau ketika pasien berhenti menerima pengobatan tepat waktu.

Upaya WHO untuk mencegah dan mengobati TBC secara global telah menyelamatkan hampir 79 juta nyawa sejak tahun 2000. Namun, mereka mencatat bahwa masih terdapat kesenjangan yang signifikan antara wilayah geografis yang paling terkena dampak penyakit pernapasan parah ini.

Wilayah Asia Tenggara (45 persen) melaporkan jumlah kasus baru TBC tertinggi, diikuti oleh wilayah Afrika (24 persen) dan wilayah Pasifik Barat (17 persen). Selain itu, sekitar 56 persen beban TBC global terkonsentrasi di wilayah tertentu, dengan India memimpin dengan angka 26 persen, diikuti oleh Indonesia dan Tiongkok dengan angka 10 persen, Filipina (masing-masing 6,8 persen) dan Pakistan (6,7 persen).

Kemudian diketahui bahwa tuberkulosis lebih banyak menyerang laki-laki dibandingkan perempuan dan anak-anak. Menurut perkiraan WHO, 55 persen pasiennya adalah laki-laki, 33 persen perempuan, dan 12 persen adalah anak-anak dan remaja.

Tantangan lain yang menghambat kemajuan dalam perang melawan TBC adalah kurangnya pendanaan yang dihadapi oleh banyak negara.

“Negara-negara berpendapatan rendah dan menengah (LMIC), yang menanggung 98 persen beban TBC, menghadapi kekurangan pendanaan yang signifikan. Dari target pendanaan tahunan sebesar US$22 miliar pada tahun 2023, hanya US$5,7 miliar yang akan tersedia, setara dengan 26 persen dari target dunia,” kata WHO dalam siaran persnya.

“WHO mendesak semua negara untuk memperluas penggunaan alat-alat ini dan mempertahankan komitmen kuat mereka untuk mengakhiri TBC,” tambah Ghebreyesus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *