JAKARTA (ANTARA) – Bayi dapat mempelajari rangkaian suara kompleks yang mengikuti aturan mirip bahasa, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Biology.
Seperti yang dikutip dalam kedokteran
Penelitian tentang perkembangan bahasa menunjukkan bahwa anak-anak mulai mempelajari aturan-aturan ini dalam bahasa ibu mereka sejak usia dua tahun.
Namun, eksperimen pembelajaran menunjukkan bahwa bayi berusia 5 bulan pun dapat mendeteksi keteraturan antara unsur-unsur yang tidak berdekatan tidak hanya dalam bahasa, tetapi juga dalam bunyi non-linguistik seperti nada.
Meskipun banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kemampuan untuk memahami pola antara suara-suara yang tidak berdekatan adalah bawaan, namun tidak ada bukti yang jelas mengenai hal ini.
Dalam penelitian terbaru, tim peneliti internasional memberikan bukti dengan mengamati aktivitas otak bayi baru lahir dan bayi berusia enam bulan sambil mendengarkan rangkaian suara yang kompleks.
Dalam percobaan mereka, bayi usia sehari diberi urutan nada pertama yang dipasangkan dengan nada ketiga yang tidak berdekatan.
Setelah mendengarkan dua jenis rangkaian musik yang berbeda selama enam menit, bayi diperlihatkan rangkaian musik baru yang jenisnya sama namun dengan nada yang berbeda.
Dengan menggunakan spektroskopi inframerah dekat untuk mengukur aktivitas otak, para peneliti menemukan bahwa otak bayi dapat membedakan urutan yang benar dan salah.
Yasuyo Minagawa dari Universitas Keio di Tokyo mengatakan: ‘Korteks frontal – area otak di belakang dahi – memainkan peran penting pada bayi baru lahir.
Kekuatan korteks frontal untuk merespons rangkaian suara yang salah terutama terkait dengan aktivasi jaringan di belahan otak kiri, yang juga penting untuk pemrosesan bahasa.
Menariknya, bayi berusia enam bulan menunjukkan aktivasi dalam jaringan terkait bahasa yang sama ketika membedakan antara urutan yang benar dan salah.
Para peneliti menyimpulkan bahwa pola suara yang kompleks mengaktifkan jaringan terkait bahasa sejak dini. Selama enam bulan pertama, jaringan menjadi stabil dan terspesialisasi.
“Temuan kami menunjukkan bahwa otak mampu merespons pola-pola kompleks, seperti yang ditemukan dalam bahasa sejak hari pertama,” kata Jutta Müller, ahli psikolinguistik di Departemen Linguistik Universitas Wina, yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
Menurut Muller, fakta bahwa wilayah otak terhubung selama pembelajaran pada bayi menunjukkan bahwa pengalaman belajar awal mungkin penting untuk membentuk jaringan yang mendukung pemrosesan pola suara yang kompleks di kemudian hari.
Konsep ini adalah kunci untuk memahami peran stimulasi lingkungan dalam perkembangan otak dini.
Para peneliti juga mencatat bahwa temuan mereka menunjukkan bahwa isyarat akustik nonverbal, seperti rangkaian suara yang digunakan dalam penelitian ini, dapat mengaktifkan jaringan otak yang berhubungan dengan bahasa.
Temuan ini membuka peluang besar untuk program intervensi dini seperti penggunaan stimulasi musik untuk mendorong perkembangan bahasa.
Leave a Reply