Jakarta (Antara) – Bayangkan persendian Anda seperti pintu yang membuka dan menutup selama bertahun-tahun. Awalnya pintu berfungsi sempurna, namun lama kelamaan engselnya akan aus, terjepit, dan patah.
Inilah yang terjadi pada sendi lutut pada osteoartritis. Jaringan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan antar tulang pada sendi mulai rusak. Ketika bantalan ini hilang, tulang bergesekan satu sama lain, menyebabkan nyeri dan peradangan.
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang sering menimbulkan nyeri, keterbatasan gerak, dan penurunan kualitas hidup. Penyakit yang terutama menyerang sendi penahan beban seperti lutut ini menyerang banyak orang, terutama di usia tua.
Faktor seperti usia, obesitas, dan riwayat cedera lutut meningkatkan risiko seseorang terkena osteoartritis. Hingga saat ini, pengobatan osteoartritis umumnya hanya berfokus pada meredakan gejala, seperti penggunaan obat anti inflamasi dan terapi fisik. Namun cara ini tidak memperbaiki kerusakan tulang rawan yang sudah terjadi.
Harapan baru muncul melalui terapi sel induk yang menawarkan kemampuan meregenerasi jaringan yang rusak.
Sel induk memiliki kemampuan luar biasa untuk berubah menjadi banyak sel berbeda di tubuh, termasuk sel tulang rawan. Hal ini memungkinkannya untuk digunakan dalam terapi regeneratif, di mana sel-sel yang rusak diganti dengan yang baru. Khususnya pada osteoartritis, penggunaan sel punca memberikan harapan baru, karena mampu memperbaiki bahkan meregenerasi jaringan tulang rawan yang rusak.
Salah satu jenis sel induk yang paling menonjol adalah sel induk mesenkim (MSC). MSC ditemukan di berbagai jaringan tubuh, seperti sumsum tulang, jaringan adiposa (lemak), dan tali pusat. Salah satu manfaat MSC adalah kemampuannya berdiferensiasi menjadi sel tulang rawan dan mengurangi peradangan di sekitar sendi.
Bagaimana cara melatih lutut?
Dalam pengobatan osteoartritis lutut, MSC biasanya disuntikkan langsung ke sendi lutut. Setelah disuntikkan, sel-sel ini bertindak seperti “pembangun” yang tiba di lokasi kerusakan. Mereka merespons sinyal dari jaringan yang meradang dan mulai memproduksi zat yang membantu meredakan peradangan dan merangsang perbaikan jaringan.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa efektivitas MSC dalam perbaikan tulang rawan tidak terbatas pada penggantian sel-sel yang rusak. Sebaliknya, MSC bertindak sebagai “manajer proyek,” mengirimkan sinyal kimia (disebut sekresi) yang memanggil sel-sel tubuh lainnya untuk membantu memperbaiki jaringan. Sekresi ini mengandung berbagai zat anti inflamasi, protein pertumbuhan dan molekul lain yang merangsang regenerasi jaringan.
Beberapa studi klinis menunjukkan bahwa penggunaan MSC dalam pengobatan osteoartritis lutut memberikan perbaikan yang signifikan pada gejala pasien. Sebuah penelitian di Indonesia yang menggunakan sel induk yang berasal dari tali pusat manusia (human umbilical cord-derived mesenchymal stem cell, atau hUC-MSCs) menunjukkan adanya penurunan nyeri dan peningkatan fungsi lutut enam bulan setelah penyuntikan.
Selain itu, MSC telah terbukti memperbaiki tulang rawan yang rusak pada beberapa pasien. Hasil ini menawarkan secercah harapan bahwa di masa depan kita tidak hanya dapat meringankan gejala osteoartritis, namun juga menghentikan dan bahkan membalikkan kerusakannya.
Tantangan dan masa depan
Meskipun potensi terapi sel induk sangat besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Pertama, meski banyak penelitian menunjukkan hasil positif, regenerasi tulang rawan oleh sel induk tidak selalu sempurna. Tulang rawan yang baru terbentuk terkadang tidak sekuat atau setebal tulang rawan aslinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh lingkungan sendi yang meradang atau dukungan struktural yang tidak memadai untuk sel-sel baru.
Kedua, tidak semua pasien memberikan respon yang baik terhadap terapi ini. Variasi genetik, tingkat keparahan osteoartritis, dan usia dapat mempengaruhi hasil terapi. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih personal, yang disesuaikan dengan keadaan individu, mungkin diperlukan.
Ketiga, tantangan regulasi dan pengendalian kualitas tidak boleh diabaikan. Proses produksi dan pemrosesan MSC untuk penggunaan klinis harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari kontaminasi atau kerusakan pada sel-sel tersebut. Risiko lainnya adalah kemungkinan efek samping jangka panjang yang belum sepenuhnya dipahami, namun penelitian hingga saat ini menunjukkan bahwa pengobatan tersebut secara umum aman.
Untuk mengatasi tantangan ini, para ilmuwan sedang menjajaki pendekatan baru, seperti menggabungkan terapi sel induk dengan teknologi biomaterial. Misalnya, penggunaan perancah (kerangka biomaterial) untuk menahan sel induk pada tempatnya membantu meningkatkan stabilitas dan fungsi tulang rawan yang baru terbentuk. Selain itu, teknik rekayasa jaringan menggunakan pencetakan 3D dan enkapsulasi (pengemasan) sel dalam hidrogel merupakan bidang penelitian yang menjanjikan.
Selain itu, pengembangan terapi menggunakan vesikel ekstraseluler (EVs), partikel kecil yang diproduksi oleh sel induk yang mengandung molekul penting untuk regenerasi, menawarkan kemungkinan baru. EV ini dapat bertindak sebagai pengganti MSC dan memberikan manfaat terapeutik tanpa memerlukan injeksi sel secara langsung.
Meskipun jalan menuju terapi osteoartritis yang efektif dan aman masih panjang, hasil awalnya cukup menggembirakan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sel induk, terdapat harapan nyata bahwa suatu hari nanti kita akan mampu memberikan solusi regeneratif yang efektif bagi jutaan orang yang menderita osteoartritis lutut di seluruh dunia.
*) Dr. Dito Anurogo, M.Sc., Ph.D. (cand.), Kandidat PhD, IPCTRM School of Medicine, Taipei Medical University, Taiwan, Dosen, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah, Diploma Manajemen Proyek, International Business Management Institute Berlin Jerman, World Wide Peace Organization (WWPO) Duta Perdamaian Indonesia, dokter pengajar telemedicine di SMA Negeri 13 Semarang.
Leave a Reply