Kabar Harapan

Memberikan Informasi Terupdate Dalam Negri & Luar Negri

Peneliti: Politik luar negeri tak boleh berdasarkan sentimen publik

JAKARTA (ANTARA) – Peneliti Senior CSIS Rizal Sukma menilai kebijakan luar negeri tidak boleh didasarkan pada sentimen atau nostalgia masyarakat.

“Karena politik luar negeri harus berdasarkan kalkulasi obyektif atas ‘gain of the day’,” kata Rizal dalam debat yang dipantau secara online di Jakarta, Rabu.

Menurut Rizal, politik luar negeri tidak boleh 100 persen bertumpu pada kepentingan nasional, namun harus mencerminkan keseimbangan antara kepentingan nasional dan kewajiban internasional.

Sebab, menurut saya, kewajiban internasional adalah bagian dari kepentingan nasional, kata Rizal.

Rizal melanjutkan, tantangan Indonesia dalam melaksanakan politik luar negeri semakin besar.

Tantangannya, menurut Rizal, adalah Indonesia memiliki dan mempertahankan strategi otonomi di antara negara adidaya.

Menurut mantan duta besar untuk Inggris, Irlandia dan Organisasi Maritim Internasional di London ini, ada dua cara untuk mempertahankan strategi otonomi Indonesia.

Yang pertama adalah diversifikasi hubungan dengan luar negeri.

“Beragamnya hubungan mencerminkan keengganan Indonesia untuk terlalu bergantung pada kekuatan besar tertentu,” kata Rizal.

Kedua, menciptakan hubungan yang seimbang antar negara adidaya untuk menjamin strategi otonomi Indonesia.

Lanjut Rizal. “Apakah kita ingin melakukan lindung nilai atau penyeimbangan? “Ia mempunyai bentuk, keseimbangan, atau lindung nilai tersendiri dalam strategi yang menjamin otonomi strategis.”

Hedging merupakan strategi yang digunakan untuk menghindari pengambilan pilihan strategis yang salah atau merugikan suatu negara akibat kondisi dan keadaan yang sulit guna mengamankan tujuan dan kepentingan negara sasaran.

Rizal Sukman pada hari Rabu di acara “Sailing on Giants” yang diselenggarakan oleh Indikator Politik Indonesia.

Selain Rizal Sukma, diskusi tersebut juga dihadiri oleh Burhanuddin Muhtadi, pendiri Indikator Politik Indonesia, pengamat politik Rizal Malarangeng, staf khusus Menteri Perdagangan Bara Krishna Hasibuan, dan Jeremiah Lalisang, asisten profesor Departemen HI pada Universitas Indonesia. .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *