Jakarta (ANTARA) – Badan Penyelenggara Pemilu (Bawaslu Jakut) Jakarta Utara tetap menetapkan calon gubernur dan wakil gubernur tidak menyertakan anak-anak dalam kampanye Pilkada Jakarta 2024.
Sejauh ini belum ditemukan kasusnya, namun kami mengharapkan hal tersebut langsung dari para calon agar tidak melakukan kecurangan pemilu dengan melibatkan anak-anak dalam kampanye, kata Ketua Bawaslu Jakarta Utara Johan Bahdi Putra di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan, pasangan suami istri yang ke Jakarta Utara kini hanya berkampanye dari rumah ke rumah, padahal di sana ada anak-anak.
Oleh karena itu, keberadaan anak-anak ini bukanlah suatu kejahatan.
Dari
“Belum ada kampanye besar-besaran di Jakarta Utara dan mereka masih berkeliling dari rumah ke rumah, keluar masuk pemukiman yang banyak anak-anak jalan-jalan,” ujarnya.
Johan memastikan panitia pengawas memberikan penjelasan yang jelas baik kepada calon maupun tim pemenangan mengenai apa saja yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan selama kampanye.
“Pasangan calon juga memberitahu Bawaslu sehari sebelum kampanyenya dan kami tunjuk pengurus yang menjodohkan pasangan tersebut dalam kampanye ini,” ujarnya.
Saat ini, terkait Indeks Kerentanan Pemilu (ICP) yang dikeluarkan Bawaslu Jakarta Utara terkait isu polarisasi dan SARA, pihaknya pasti melihat hal tersebut sebagai suatu kemungkinan dan perlu dilakukan pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi.
“Kami senantiasa melakukan komunikasi dan diskusi dengan organisasi lokal, kelompok politik, dan kelompok relawan untuk menciptakan pemilu yang aman tanpa melanggar hukum,” kata Johan.
Sebelumnya, Anggota Bawaslu Jakarta Utara Mohamad Sobirin mengatakan, pihaknya berupaya mengantisipasi polarisasi dan persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) pada Pilkada Jakarta 2024.
“Dalam Indeks Kerentanan Pemilu (IKP) Bawaslu DKI, Jakarta Utara jenisnya adalah masalah polarisasi, SARA dan ‘politik uang’,” ujarnya.
Dia mengatakan, tingkat ketidakamanan di Jakarta Utara memang merupakan persoalan politik karena perbedaan pilihan politik dapat menimbulkan kerawanan sosial, namun tidak demikian.
“Sejauh ini kami belum menemukan kasus seperti ini, namun kami masih berusaha mencarinya,” kata Johan.
Leave a Reply